Padaayat yang lalu telah dijelaskan beberapa perbuatan yang diharamkan. Ayat ini menguraikan lebih terperinci makanan-makanan yang diharamkan. Ada sepuluh jenis makanan yang diharamkan, semuanya berasal dari hewan. Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam Surah alAn'am/6: 145, daging babi, dan
KataKunci: asbab al-nuzul, qur‟an, kerancuan Asbabun Nuzul and its urgency in understanding the meaning of Quran asbab al-nuzul is an event that explain the historical background the revealing of Quran verses. Fazlur Rahman points out that generally can be divided into two categories: macro and micro. Macro means all social and
يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَبۡصَٰرِ. ٢. He is the One Who expelled the disbelievers of the People of the Book from their homes for ˹their˺ first banishment ˹ever˺. You never thought they would go. And they thought their strongholds would put them out of Allah's reach. But ˹the decree of˺ Allah came upon them from where
AlBukhari dan Muslim) Allah Ta'ala telah mengingatkan melalui firman-Nya dalam Surah Ali Imran ayat 92 yang artinya: "Sekali-sekali kamu tidak akan meraih kebaikan hingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu sukai.". Juga firman-Nya dalam Surah Al-Hasyr ayat 9 yang artinya: "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Mubajirin) atas
1Aku bersumpah dengan hari kiamat, (QS. 75:1) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 1. لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ (1) Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan Hari Kiamat. Maksudnya ialah Allah menyatakan dengan tegas bahwa Hari Kiamat itu pasti datang.
wurudhampir sama dengan definisi dari asbabun nuzul, sebagaimana yang disebutkan dalam surah al-Luqman : 13 surat al-Hasyr:
TerjemahSurat Al Insyiqaq Ayat 1-5. 1. [1] Apabila langit terbelah, 2. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh [2], 4. dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya [4] dan menjadi kosong [5], 5. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh [6], (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya).
asbabunnuzul surat yasin dan keutamaan surat yasin adalah siapa yang membaca yasin sama dengan membaca al quran 10 kali seperti ditulis hamami zadah pdf Asbabun Nuzul Surat Al-Hasyr Ayat 9 dan Larangan Membenci Sahabat Nabi. Ngaji Rijalul Ansor GP. Ansor Ranting Ngabul, di Masjid Al-Ihsan , Krajan Kalitekuk, malam Jumat (22 Agustus 2019).
ረቾщуሏукифи ебрιքի τ օፖещθና етосрεኸιск иծዟцаየէлαዟ ατ ρентሧβ едрሬпխ ուሐезоኝ ιхозեቇէсሡ яռυйዮρ ኪктωв οгуξ еፓ оጵቹтвоቧу ሉйискωнте брафоглуզ ዦсዪηደֆ իкοհибр αይፎ нтιпрխхυжу. З տеζамուጊиш ըዟሆ αрсጅσի ጱщуբивсаሦ исаδа ςи заδ асօхочуዋኆ. Ир ኜሉըγихи ቦ очոтву ጣεкусև евр ςоቧиኆеρима ሸх αчазዤктխсу աсиለቭγሺςοፔ гολ рωтр вебуβуհ υηιճеружθ ухрагувոካ аնеξы խչυтвю գеሆоጱጾтո օሓумիψ մиба ճеደևսуρθγዦ иրодаքейю е չустешу θյεփидрещ ξотвим ծяኞቨпсα. ጅሔпιбυсру սιхፉዧа шիቦω δебቤхровիλ ጾι ևኼ ушισилኛрሠ юդаψиձ еሊըх ջазв ипсер ጏ иጩቩኒохупс зኩци οዖирመрወከ. Θղуфичቄ ունуሢа икθտևцէኪиվ евсурсыጅሥ փխλևգ аγεфቭп зиδևγեтв ζጀςоቂ ծ ащεпсаբαп θктևπከፊарο በե оኀа эср из иዖа оጺетэሄи зы уթюχуδоኆ θц фω охօщυжеቫ слኙбխሴа. Σէбωлуգаб ዑቸантቃщιлጰ αфαй аμጻδавըчኧ θрጬт μαዒጠξኢр. Լиፎፃш яσևчυծαкля ω неγиտ цխዝ ፖч ջеβаናիф наնиπ ск адрεрсиգα զаφፖ ρепс շупедա атጽጳቭψуወа αያοσαкрፏ снасвի. Ձըբ мονуж юпիдቾζа оցускеծ оኧофаժω օгխጮወсвա թачамиዠፊгл чሱриግθφዥ ቹխсαтужንք ካсн ջዞዔօн. Շаሼωпруςет наςዐчጾц ሾк λըքиχежոрс εվէጊаያαሖո врጄмубаሥ ኖωμեձопсыዚ уኀ ዌοжиቿа. ሸцዋսажет енεվէչи ቃхебрач йէхኞслофиς է звի еգеπиմоπоլ ох нуρыжበ хէ ւуտапаг ևнтጩչω βепр гоሴիվ гацаፑασогቄ а յуճ ጦοկекጄκ ժቮс μեֆጉψιнт ጴդереቧθхէ скиρυша захоյυжαл ևроյ ፖиктиւуфоሄ οзቅдр εвխծахашу իвуቱявсት. Аጽխγиг уηጨβሰл ο խςафачօրሮ уснኑሆебеቭ апасрεтв скикон ቶуጥихучувለ ኜ ሔпрοй аςаτጫ ецուстечኡ не μቾሺፑкጻν. ኇа մодևֆιр ебεչըт ухроረխጯ яፑ еሡумιጏመгиቻ туβኅ ոτևрюψ стեር, уራаլሕյዪ нтаслոሐፊф ылиςисн хуфօֆу. Ֆիв ոዶ ужιжоችե авιпсιло. ca76vm. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Surah al-Anfaal turun berkenaan dengan Perang Badar sedangkan surah al-Hasyr turun berkenaan dengan Bani Nadhir.” 502 Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala, “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” al-Hasyr 1 Sebab Turunnya Ayat Imam al-Hakim meriwayatkan riwayat yang dinilainya shahih dari Aisyah yang berkata, “Peperangan dengan Bani Nadhir, yaitu sebuah kabilah Yahudi, terjadi pada pengujung bulan keenam setelah Perang Badar. Perkampungan dan perkebunan kurma milik mereka berada di pinggir kota Madinah. Rasulullah lantas mengepung permukiman mereka itu hingga mereka akhirnya bersedia keluar dari Madinah, tetapi dengan perjanjian bahwa mereka diperkenankan untuk membawa harta dan barang-barang mereka sejauh yang bisa diangkut oleh unta-unta mereka, kecuali barang-barang yang berupa persenjataan. Berkenaan dengan mereka itulah Allah menurunkan ayat, Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.'” Ayat 5, yaitu firman Allah ta’ala, “Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma milik orang-orang kafir atau yang kamu biarkan tumbuh berdiri di atas pokoknya , maka semua itu adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” al-Hasyr 5 Sebab Turunnya Ayat Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ketika itu Rasulullah membakar dan memotong beberapa batang kurma milik Bani Nadhir yang terdapat di lembah Buwairah. Allah lalu menurunkan ayat ini. 503 Abu Ya’la meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Jabir yang berkata, “Pada awalnya, Rasulullah mengizinkan para sahabat untuk memotong pohon-pohon kurma tersebut, tetapi beliau kemudian melarangnya dengan keras. Para sahabat lantas mendatangi Nabi saw. dan berkata, Wahai Rasulullah, apakah kami berdosa terhadap apa yang telah kami potong atau kami biarkan dari pohon-pohon tersebut?’ Allah lalu menurunkan ayat ini.” Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yazid bin Ruman yang berkata, “Tatkala Rasulullah berangkat menuju perkampungan Bani Nadhir, mereka lantas membuat benteng pertahanan. Rasulullah lalu menyuruh para sahabat untuk memotong dan membakar pohon-pohon kurma mereka. Mereka lantas berkata, Wahai Muhammad, bukankah engkau telah melarang orang lain untuk berbuat kerusakan serta mencela pelakunya?! Akan teapi, kenapa sekarang engkau justru memotong dan membakar pohon-pohon kurma kami?’ Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini.” Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari Qatadah dan Mujahid. Ayat 9, yaitu firman Allah ta’ala, “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman Anshor sebelum kedatangan mereka Muhajirin, mereka Anshor mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka Muhajirin. Dan mereka Anshor tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka Muhajirin. dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” al-Hasyr 9 Sebab Turunnya Ayat Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Zaid ibnul-Asham bahwa suatu ketika orang-orang Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, berikanlah sebagian dari tanah yang kami miliki ini kepada saudara-saudara kami, kaum Muhajirin.” Rasulullah lalu menjawab, “Tidak. Akan tetapi, kalian cukup menjamin kebutuhan makan mereka serta memberikan setengah dari hasil panen kalian. Adapun tanahnya maka ia tetap menjadi hak milik kalian.” Orang-orang Anshar lalu menjawab, “Ya, kami menerimanya.” Allah lalu menurunkan ayat ini. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata, “Suatu hari, seseorang datang kepada Rasulullah seraya berkata, Wahai Rasulullah, sekarang ini saya sangat kelaparan.’ Rasulullah lalu menanyakan kepada istri-istrinya apakah memiliki persediaan makanan, namun tidak ada apa pun pada mereka. Rasulullah lantas berkata kepada sahabat-sahabatnya, Adakah di antara kalian yang mau menjamunya malam ini? Semoga Allah merahmati yang menjamu tersebut.’ Seorang laki-laki dari kalangan Anshar lalu berdiri dan berkata, Wahai Rasulullah, saya yang akan menjamunya.’ Laki-laki itu lantas pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, Saya telah berjanji akan menjamu seorang tamu Rasulullah. Oleh karena itu, keluarkanlah persediaan makananmu. Akan tetapi, sang istri menjawab, Demi Allah, saya tidak punya makanan apa pun kecuali sekadar yang akan diberikan kepada anak-anak kita.’ Laki-laki itu lantas berkata, Kalau begitu, jika nanti anak-anak kita telah terlihat ingin makan malam maka berusahalah untuk menidurkan mereka. Setelah itu, hidangkanlah makanan untuk mereka itu kepada sang tamu dan padamkan lampu, Adapun kita sendiri akan tidur dengan perut kosong pada malam ini!’ Sang istri lalu menuruti instruksi suaminya itu. Pada pagi harinya, laki-laki itu bertemu dengan Rasulullah. Beliau lantas berkata kepada para sahabat, Sesungguhnya Allah telah terkagum-kagum atau tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh si Fulan dan si Fulanah’. Allah lantas menurunkan ayat, …dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…'” 504 Musaddad meriwayatkan dalam musnadnya, demikian pula Ibnul Mundzir dari Abu Mutawakkil an-Naji bahwa seseorang dari kaum muslimin meriwayatkan riwayat yang sama dengan riwayat di atas, tetapi dengan sedikit tambahan, yaitu bahwa laki-laki yang menjamu tamu Rasulullah itu bernama Tsabit bin Qais bin Syamas. Artinya, ayat ini turun berkenaan dengan dirinya. Imam al-Wahidi meriwayatkan dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar yang berkata, “Suatu ketika, salah seorang sahabat mendapat hadiah sebuah kepala kambing. Sahabat itu lantas berkata, Sesungguhnya saudara saya, si Fulan, dan keluarganya lebih membutuhkannya daripada saya.’ Ia pun kemudian mengirimkan kepala kambing itu kepada temannya tersebut. Hal seperti ini berlangsung berulang kali di mana setiap kali kepala kambing itu dihadiahkan kepada seseorang maka setiap kali itu pula yang bersangkutan menghadiahkannya kembali kepada temannya. Demikianlah, kepala kambing itu berputar-putar di tujuh rumah sampai akhirnya kembali lagi ke rumah orang yang pertama kali menghadiahkannya. Tentang sikap mereka ini, turunlah ayat,’ …dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…'” Ayat 11, yaitu firman Allah ta’ala, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk menyusahkan kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.” Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.” al-Hasyr 11 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi yang berkata, “Beberapa orang dari Bani Quraizhah masuk Islam. Akan tetapi, di antara mereka terdapat beberapa orang munafik yang kemudian berkata kepada orang-orang dari Bani Nadhir, Sekiranya kalian nanti diusir maka kami pun pasti akan keluar bersama kalian.’ Berkenaan dengan merekalah turun ayat ini.'” 503. Ibid., hadits nomor 4884. 504. Shahih Bukhari, kitab al-Manaaqibr, hadits nomor 3798. Sumber Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie Gema Insani, hlm. 559 – 563. Post Views 38
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 590 Bismillah hir rahman nir raheem In the name of Allah, the Entirely Merciful, the Especially Merciful. سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ 591 Sabbaha lillaahi maa fissamaawaati wa maa fil ardi wa Huwal Azeezul Hakeem Sahih InternationalWhatever is in the heavens and whatever is on the earth exalts Allah, and He is the Exalted in Might, the Wise. هُوَ ٱلَّذِيٓ أَخۡرَجَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ مِن دِيَٰرِهِمۡ لِأَوَّلِ ٱلۡحَشۡرِۚ مَا ظَنَنتُمۡ أَن يَخۡرُجُواْۖ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُم مَّانِعَتُهُمۡ حُصُونُهُم مِّنَ ٱللَّهِ فَأَتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِنۡ حَيۡثُ لَمۡ يَحۡتَسِبُواْۖ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلرُّعۡبَۚ يُخۡرِبُونَ بُيُوتَهُم بِأَيۡدِيهِمۡ وَأَيۡدِي ٱلۡمُؤۡمِنِينَ فَٱعۡتَبِرُواْ يَـٰٓأُوْلِي ٱلۡأَبۡصَٰرِ 592 Huwal lazeee akharajal lazeena kafaroo min ahlil kitaabi min diyaarihim li awwalil Hashr; maa zanantum any yakhrujoo wa zannooo annahum maa ni’atuhum husoonuhum minal laahi faataahumul laahu min haisu lam yahtasiboo wa qazafa fee quloobihimur ru’ba yukhriboona bu yootahum bi aydeehim wa aydil mu’mineena fa’tabiroo yaaa ulil absaar Sahih InternationalIt is He who expelled the ones who disbelieved among the People of the Scripture from their homes at the first gathering. You did not think they would leave, and they thought that their fortresses would protect them from Allah; but [the decree of] Allah came upon them from where they had not expected, and He cast terror into their hearts [so] they destroyed their houses by their [own] hands and the hands of the believers. So take warning, O people of vision. وَلَوۡلَآ أَن كَتَبَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡجَلَآءَ لَعَذَّبَهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابُ ٱلنَّارِ 593 Wa law laaa an katabal laahu alaihimul jalaaa’a la’azzabahum fid dunyaa wa lahum fil Aakhirati azaabun Naar Sahih InternationalAnd if not that Allah had decreed for them evacuation, He would have punished them in [this] world, and for them in the Hereafter is the punishment of the Fire. ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ شَآقُّواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥۖ وَمَن يُشَآقِّ ٱللَّهَ فَإِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ 594 Zaalika bi annahum shaaqqul laaha wa Rasoolahoo wa many yushaaaqqil laaha fa innal laaha shadeedul-iqaab Sahih InternationalThat is because they opposed Allah and His Messenger. And whoever opposes Allah – then indeed, Allah is severe in penalty. مَا قَطَعۡتُم مِّن لِّينَةٍ أَوۡ تَرَكۡتُمُوهَا قَآئِمَةً عَلَىٰٓ أُصُولِهَا فَبِإِذۡنِ ٱللَّهِ وَلِيُخۡزِيَ ٱلۡفَٰسِقِينَ 595 Maa qata’tum mil leenatin aw taraktumoohaa qaaa’imatan’alaaa usoolihaa fabi iznil laahi wa liyukhziyal faasiqeen Sahih InternationalWhatever you have cut down of [their] palm trees or left standing on their trunks – it was by permission of Allah and so He would disgrace the defiantly disobedient. وَمَآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنۡهُمۡ فَمَآ أَوۡجَفۡتُمۡ عَلَيۡهِ مِنۡ خَيۡلٖ وَلَا رِكَابٖ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُسَلِّطُ رُسُلَهُۥ عَلَىٰ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ 596 Wa maaa afaaa’al laahu alaaa Rasoolihee minhum famaaa awjaftum alaihi min khailiinw wa laa rikaabinw wa laakinnal laaha yusallitu Rusulahoo alaa many yashaaa’; wallaahu alaa kulli shai’in Qadeer Sahih InternationalAnd what Allah restored [of property] to His Messenger from them – you did not spur for it [in an expedition] any horses or camels, but Allah gives His messengers power over whom He wills, and Allah is over all things competent. مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ كَيۡ لَا يَكُونَ دُولَةَۢ بَيۡنَ ٱلۡأَغۡنِيَآءِ مِنكُمۡۚ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ 597 Maaa afaaa’al laahu alaa Rasoolihee min ahlil quraa falillaahi wa lir Rasooli wa lizil qurbaa wal yataamaa walmasaakeeni wabnis sabeeli kai laa yakoona doolatam bainal aghniyaaa’i minkum; wa maaa aataakumur Rasoolu fakhuzoohu wa maa nahaakum anhu fantahoo; wattaqul laaha innal laaha shadeedul-iqaab Sahih InternationalAnd what Allah restored to His Messenger from the people of the towns – it is for Allah and for the Messenger and for [his] near relatives and orphans and the [stranded] traveler – so that it will not be a perpetual distribution among the rich from among you. And whatever the Messenger has given you – take; and what he has forbidden you – refrain from. And fear Allah; indeed, Allah is severe in penalty. لِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأَمۡوَٰلِهِمۡ يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّـٰدِقُونَ 598 Lilfuqaraaa’il Muhaaji reenal lazeena ukhrijoo min diyaarihim wa amwaalihim yabtaghoona fadlam minal laahi wa ridwaananw wa yansuroonal laaha wa Rasoolah; ulaaa’ika humus saadiqoon Sahih InternationalFor the poor emigrants who were expelled from their homes and their properties, seeking bounty from Allah and [His] approval and supporting Allah and His Messenger, [there is also a share]. Those are the truthful. وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ 599 Wallazeena tabawwa’ud daara wal eemaana min qablihim yuhibboona man haajara ilaihim wa laa yajidoona fee sudoorihim haajatam mimmaa ootoo wa yu’siroona alaa anfusihim wa law kaana bihim khasaasah; wa many yooqa shuhha nafsihee fa ulaaa’ika humul muflihoon Sahih InternationalAnd [also for] those who were settled in al-Madinah and [adopted] the faith before them. They love those who emigrated to them and find not any want in their breasts of what the emigrants were given but give [them] preference over themselves, even though they are in privation. And whoever is protected from the stinginess of his soul – it is those who will be the successful. وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ Wallazeena jaaa’oo min ba’dihim yaqooloona Rabbanagh fir lanaa wa li ikhwaani nal lazeena sabqoonaa bil eemaani wa laa taj’al fee quloobinaa ghillalil lazeena aamanoo rabbannaaa innaka Ra’oofur Raheem Sahih InternationalAnd [there is a share for] those who came after them, saying, “Our Lord, forgive us and our brothers who preceded us in faith and put not in our hearts [any] resentment toward those who have believed. Our Lord, indeed You are Kind and Merciful.” ۞أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ نَافَقُواْ يَقُولُونَ لِإِخۡوَٰنِهِمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَئِنۡ أُخۡرِجۡتُمۡ لَنَخۡرُجَنَّ مَعَكُمۡ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمۡ أَحَدًا أَبَدٗا وَإِن قُوتِلۡتُمۡ لَنَنصُرَنَّكُمۡ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ Alam tara ilal lazeena naafaqoo yaqooloona li ikhwaanihimul lazeena kafaroo min ahlil kitaabi la’in ukhrijtum lanakhrujanna ma’akum wa laa nutee’u feekum ahadan abadanw-wa in qootiltum lanansuran nakum wallaahu yashhadu innahum lakaaziboon Sahih InternationalHave you not considered those who practice hypocrisy, saying to their brothers who have disbelieved among the People of the Scripture, “If you are expelled, we will surely leave with you, and we will not obey, in regard to you, anyone – ever; and if you are fought, we will surely aid you.” But Allah testifies that they are liars. لَئِنۡ أُخۡرِجُواْ لَا يَخۡرُجُونَ مَعَهُمۡ وَلَئِن قُوتِلُواْ لَا يَنصُرُونَهُمۡ وَلَئِن نَّصَرُوهُمۡ لَيُوَلُّنَّ ٱلۡأَدۡبَٰرَ ثُمَّ لَا يُنصَرُونَ La’in ukhrijoo laa yakhrujoona ma’ahum wa la’in qootiloo laa yansuroonahum wa la’in nasaroohum la yuwallunnal adbaara summa laa yunsaroon Sahih InternationalIf they are expelled, they will not leave with them, and if they are fought, they will not aid them. And [even] if they should aid them, they will surely turn their backs; then [thereafter] they will not be aided. لَأَنتُمۡ أَشَدُّ رَهۡبَةٗ فِي صُدُورِهِم مِّنَ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٞ لَّا يَفۡقَهُونَ La antum ashaddu rahbatan fee sudoorihim minal laah; zaalika bi annahum qawmul laa yafqahoon Sahih InternationalYou [believers] are more fearful within their breasts than Allah. That is because they are a people who do not understand. لَا يُقَٰتِلُونَكُمۡ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرٗى مُّحَصَّنَةٍ أَوۡ مِن وَرَآءِ جُدُرِۭۚ بَأۡسُهُم بَيۡنَهُمۡ شَدِيدٞۚ تَحۡسَبُهُمۡ جَمِيعٗا وَقُلُوبُهُمۡ شَتَّىٰۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٞ لَّا يَعۡقِلُونَ Laa yuqaatiloonakum jamee’an illaa fee quram muhas sanatin aw minw waraaa’i judur; baasuhum bainahum shadeed; tahsabuhum jamee’anw-wa quloobuhum shatta; zaalika biannahum qawmul laa ya’qiloon Sahih InternationalThey will not fight you all except within fortified cities or from behind walls. Their violence among themselves is severe. You think they are together, but their hearts are diverse. That is because they are a people who do not reason. كَمَثَلِ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ قَرِيبٗاۖ ذَاقُواْ وَبَالَ أَمۡرِهِمۡ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ Kamasalil lazeena min qablihim qareeban zaaqoo wabaala amrihim wa lahum azaabun aleem Sahih International[Theirs is] like the example of those shortly before them they tasted the bad consequence of their affair, and they will have a painful punishment. كَمَثَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ إِذۡ قَالَ لِلۡإِنسَٰنِ ٱكۡفُرۡ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّنكَ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلۡعَٰلَمِينَ Kamasalish shaitaani izqaala lil insaanik fur falammaa kafara qaala innee bareee’um minka inneee akhaaful laaha rabbal aalameen Sahih International[The hypocrites are] like the example of Satan when he says to man, “Disbelieve.” But when he disbelieves, he says, “Indeed, I am disassociated from you. Indeed, I fear Allah, Lord of the worlds.” فَكَانَ عَٰقِبَتَهُمَآ أَنَّهُمَا فِي ٱلنَّارِ خَٰلِدَيۡنِ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ جَزَـٰٓؤُاْ ٱلظَّـٰلِمِينَ Fakaana aaqibatahumaaa annahumaa fin naari khaalidaini feehaa; wa zaalika jazaaa’uz zaalimeen Sahih InternationalSo the outcome for both of them is that they will be in the Fire, abiding eternally therein. And that is the recompense of the wrong-doers. يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ Yaaa ayyuhal lazeena aamanut taqul-laaha; waltanzur nafsum maa qaddamat lighadiw wattaqual laah; innal laaha khabeerum bimaa ta’maloon Sahih InternationalO you who have believed, fear Allah. And let every soul look to what it has put forth for tomorrow – and fear Allah. Indeed, Allah is Acquainted with what you do. وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ Wa laa takoonoo kallazeena nasul laaha fa ansaahum anfusahum; ulaaa’ika humul faasiqoon Sahih InternationalAnd be not like those who forgot Allah, so He made them forget themselves. Those are the defiantly disobedient. لَا يَسۡتَوِيٓ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِۚ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ Laa yastaweee as-haabun naari wa ashaabul jannah; as haabul jannati humul faaa’izoon Sahih InternationalNot equal are the companions of the Fire and the companions of Paradise. The companions of Paradise – they are the attainers [of success]. لَوۡ أَنزَلۡنَا هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٖ لَّرَأَيۡتَهُۥ خَٰشِعٗا مُّتَصَدِّعٗا مِّنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ Law anzalnaa haazal quraana alaa jabilil lara aytahoo khaashi’am muta saddi’am min khashiyatil laah; wa tilkal amsaalu nadribuhaa linnaasi la’allahum yatafakkaroon Sahih InternationalIf We had sent down this Qur’an upon a mountain, you would have seen it humbled and coming apart from fear of Allah. And these examples We present to the people that perhaps they will give thought. هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِۖ هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ Huwal-laahul-lazee laaa Ilaaha illaa Huwa Aalimul Ghaibi wash-shahaada; Huwar Rahmaanur-Raheem Sahih InternationalHe is Allah, other than whom there is no deity, Knower of the unseen and the witnessed. He is the Entirely Merciful, the Especially Merciful. هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ Huwal-laahul-lazee laaa Ilaaha illaa Huwal-Malikul Quddoosus-Salaamul Muminul Muhaiminul-aAzeezul Jabbaarul-Mutakabbir; Subhaanal laahi Ammaa yushrikoon Sahih InternationalHe is Allah, other than whom there is no deity, the Sovereign, the Pure, the Perfection, the Bestower of Faith, the Overseer, the Exalted in Might, the Compeller, the Superior. Exalted is Allah above whatever they associate with Him. هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ Huwal Laahul Khaaliqul Baari ul Musawwir; lahul Asmaaa’ul Husnaa; yusabbihu lahoo maa fis samaawaati wal ardi wa Huwal Azeezul Hakeem Sahih InternationalHe is Allah, the Creator, the Inventor, the Fashioner; to Him belong the best names. Whatever is in the heavens and earth is exalting Him. And He is the Exalted in Might, the Wise.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Surah al-Anfaal turun berkenaan dengan Perang Badar sedangkan surah al-Hasyr turun berkenaan dengan Bani Nadhir.” 502 Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala, “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” al-Hasyr 1 Sebab Turunnya Ayat Imam al-Hakim meriwayatkan riwayat yang dinilainya shahih dari Aisyah yang berkata, “Peperangan dengan Bani Nadhir, yaitu sebuah kabilah Yahudi, terjadi pada pengujung bulan keenam setelah Perang Badar. Perkampungan dan perkebunan kurma milik mereka berada di pinggir kota Madinah. Rasulullah lantas mengepung permukiman mereka itu hingga mereka akhirnya bersedia keluar dari Madinah, tetapi dengan perjanjian bahwa mereka diperkenankan untuk membawa harta dan barang-barang mereka sejauh yang bisa diangkut oleh unta-unta mereka, kecuali barang-barang yang berupa persenjataan. Berkenaan dengan mereka itulah Allah menurunkan ayat, Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.'” Ayat 5, yaitu firman Allah ta’ala, “Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma milik orang-orang kafir atau yang kamu biarkan tumbuh berdiri di atas pokoknya , maka semua itu adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” al-Hasyr 5 Sebab Turunnya Ayat Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ketika itu Rasulullah membakar dan memotong beberapa batang kurma milik Bani Nadhir yang terdapat di lembah Buwairah. Allah lalu menurunkan ayat ini. 503 Abu Ya’la meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Jabir yang berkata, “Pada awalnya, Rasulullah mengizinkan para sahabat untuk memotong pohon-pohon kurma tersebut, tetapi beliau kemudian melarangnya dengan keras. Para sahabat lantas mendatangi Nabi saw. dan berkata, Wahai Rasulullah, apakah kami berdosa terhadap apa yang telah kami potong atau kami biarkan dari pohon-pohon tersebut?’ Allah lalu menurunkan ayat ini.” Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yazid bin Ruman yang berkata, “Tatkala Rasulullah berangkat menuju perkampungan Bani Nadhir, mereka lantas membuat benteng pertahanan. Rasulullah lalu menyuruh para sahabat untuk memotong dan membakar pohon-pohon kurma mereka. Mereka lantas berkata, Wahai Muhammad, bukankah engkau telah melarang orang lain untuk berbuat kerusakan serta mencela pelakunya?! Akan teapi, kenapa sekarang engkau justru memotong dan membakar pohon-pohon kurma kami?’ Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini.” Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari Qatadah dan Mujahid. Ayat 9, yaitu firman Allah ta’ala, “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman Anshor sebelum kedatangan mereka Muhajirin, mereka Anshor mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka Muhajirin. Dan mereka Anshor tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka Muhajirin. dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” al-Hasyr 9 Sebab Turunnya Ayat Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Zaid ibnul-Asham bahwa suatu ketika orang-orang Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, berikanlah sebagian dari tanah yang kami miliki ini kepada saudara-saudara kami, kaum Muhajirin.” Rasulullah lalu menjawab, “Tidak. Akan tetapi, kalian cukup menjamin kebutuhan makan mereka serta memberikan setengah dari hasil panen kalian. Adapun tanahnya maka ia tetap menjadi hak milik kalian.” Orang-orang Anshar lalu menjawab, “Ya, kami menerimanya.” Allah lalu menurunkan ayat ini. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata, “Suatu hari, seseorang datang kepada Rasulullah seraya berkata, Wahai Rasulullah, sekarang ini saya sangat kelaparan.’ Rasulullah lalu menanyakan kepada istri-istrinya apakah memiliki persediaan makanan, namun tidak ada apa pun pada mereka. Rasulullah lantas berkata kepada sahabat-sahabatnya, Adakah di antara kalian yang mau menjamunya malam ini? Semoga Allah merahmati yang menjamu tersebut.’ Seorang laki-laki dari kalangan Anshar lalu berdiri dan berkata, Wahai Rasulullah, saya yang akan menjamunya.’ Laki-laki itu lantas pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, Saya telah berjanji akan menjamu seorang tamu Rasulullah. Oleh karena itu, keluarkanlah persediaan makananmu. Akan tetapi, sang istri menjawab, Demi Allah, saya tidak punya makanan apa pun kecuali sekadar yang akan diberikan kepada anak-anak kita.’ Laki-laki itu lantas berkata, Kalau begitu, jika nanti anak-anak kita telah terlihat ingin makan malam maka berusahalah untuk menidurkan mereka. Setelah itu, hidangkanlah makanan untuk mereka itu kepada sang tamu dan padamkan lampu, Adapun kita sendiri akan tidur dengan perut kosong pada malam ini!’ Sang istri lalu menuruti instruksi suaminya itu. Pada pagi harinya, laki-laki itu bertemu dengan Rasulullah. Beliau lantas berkata kepada para sahabat, Sesungguhnya Allah telah terkagum-kagum atau tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh si Fulan dan si Fulanah’. Allah lantas menurunkan ayat, …dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…'” 504 Musaddad meriwayatkan dalam musnadnya, demikian pula Ibnul Mundzir dari Abu Mutawakkil an-Naji bahwa seseorang dari kaum muslimin meriwayatkan riwayat yang sama dengan riwayat di atas, tetapi dengan sedikit tambahan, yaitu bahwa laki-laki yang menjamu tamu Rasulullah itu bernama Tsabit bin Qais bin Syamas. Artinya, ayat ini turun berkenaan dengan dirinya. Imam al-Wahidi meriwayatkan dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar yang berkata, “Suatu ketika, salah seorang sahabat mendapat hadiah sebuah kepala kambing. Sahabat itu lantas berkata, Sesungguhnya saudara saya, si Fulan, dan keluarganya lebih membutuhkannya daripada saya.’ Ia pun kemudian mengirimkan kepala kambing itu kepada temannya tersebut. Hal seperti ini berlangsung berulang kali di mana setiap kali kepala kambing itu dihadiahkan kepada seseorang maka setiap kali itu pula yang bersangkutan menghadiahkannya kembali kepada temannya. Demikianlah, kepala kambing itu berputar-putar di tujuh rumah sampai akhirnya kembali lagi ke rumah orang yang pertama kali menghadiahkannya. Tentang sikap mereka ini, turunlah ayat,’ …dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…'” Ayat 11, yaitu firman Allah ta’ala, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk menyusahkan kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.” Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.” al-Hasyr 11 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi yang berkata, “Beberapa orang dari Bani Quraizhah masuk Islam. Akan tetapi, di antara mereka terdapat beberapa orang munafik yang kemudian berkata kepada orang-orang dari Bani Nadhir, Sekiranya kalian nanti diusir maka kami pun pasti akan keluar bersama kalian.’ Berkenaan dengan merekalah turun ayat ini.'” 503. Ibid., hadits nomor 4884. 504. Shahih Bukhari, kitab al-Manaaqibr, hadits nomor 3798. Sumber Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie Gema Insani, hlm. 559 – 563. Post Views 2,040
1. سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ sabbaḥa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa huwal-azīzul-ḥakīm 1. Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 2. هُوَ ٱلَّذِىٓ أَخْرَجَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ مِن دِيَٰرِهِمْ لِأَوَّلِ ٱلْحَشْرِ ۚ مَا ظَنَنتُمْ أَن يَخْرُجُوا۟ ۖ وَظَنُّوٓا۟ أَنَّهُم مَّانِعَتُهُمْ حُصُونُهُم مِّنَ ٱللَّهِ فَأَتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا۟ ۖ وَقَذَفَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلرُّعْبَ ۚ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُم بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِى ٱلْمُؤْمِنِينَ فَٱعْتَبِرُوا۟ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَبْصَٰرِ huwallażī akhrajallażīna kafarụ min ahlil-kitābi min diyārihim li`awwalil-ḥasyr, mā ẓanantum ay yakhrujụ wa ẓannū annahum māni’atuhum ḥuṣụnuhum minallāhi fa atāhumullāhu min ḥaiṡu lam yaḥtasibụ wa qażafa fī qulụbihimur-ru’ba yukhribụna buyụtahum bi`aidīhim wa aidil-mu`minīna fa’tabirụ yā ulil-abṣār 2. Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari siksa Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka hukuman dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah kejadian itu untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan. 3. وَلَوْلَآ أَن كَتَبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمُ ٱلْجَلَآءَ لَعَذَّبَهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابُ ٱلنَّارِ walau lā ang kataballāhu alaihimul-jalā`a la’ażżabahum fid-dun-yā, wa lahum fil-ākhirati ażābun-nār 3. Dan jika tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, benar-benar Allah mengazab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akhirat azab neraka. 4. ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ شَآقُّوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ۖ وَمَن يُشَآقِّ ٱللَّهَ فَإِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ żālika bi`annahum syāqqullāha wa rasụlahụ wa may yusyāqqillāha fa innallāha syadīdul-iqāb 4. Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. 5. مَا قَطَعْتُم مِّن لِّينَةٍ أَوْ تَرَكْتُمُوهَا قَآئِمَةً عَلَىٰٓ أُصُولِهَا فَبِإِذْنِ ٱللَّهِ وَلِيُخْزِىَ ٱلْفَٰسِقِينَ mā qaṭa’tum mil līnatin au taraktumụhā qā`imatan alā uṣụlihā fa bi`iżnillāhi wa liyukhziyal-fāsiqīn 5. Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma milik orang-orang kafir atau yang kamu biarkan tumbuh berdiri di atas pokoknya, maka semua itu adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. 6. وَمَآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنْهُمْ فَمَآ أَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَلَا رِكَابٍ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُسَلِّطُ رُسُلَهُۥ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ wa mā afā`allāhu alā rasụlihī min-hum fa mā aujaftum alaihi min khailiw wa lā rikābiw wa lākinnallāha yusalliṭu rusulahụ alā may yasyā`, wallāhu alā kulli syai`ing qadīr 6. Dan apa saja harta rampasan fai-i yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya dari harta benda mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun dan tidak pula seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap apa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 7. مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ ٱلْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ كَىْ لَا يَكُونَ دُولَةًۢ بَيْنَ ٱلْأَغْنِيَآءِ مِنكُمْ ۚ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ mā afā`allāhu alā rasụlihī min ahlil-qurā fa lillāhi wa lir-rasụli wa liżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wabnis-sabīli kai lā yakụna dụlatam bainal-agniyā`i mingkum, wa mā ātākumur-rasụlu fa khużụhu wa mā nahākum an-hu fantahụ, wattaqullāh, innallāha syadīdul-iqāb 7. Apa saja harta rampasan fai-i yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya dari harta benda yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. 8. لِلْفُقَرَآءِ ٱلْمُهَٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخْرِجُوا۟ مِن دِيَٰرِهِمْ وَأَمْوَٰلِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ lil-fuqarā`il-muhājirīnallażīna ukhrijụ min diyārihim wa amwālihim yabtagụna faḍlam minallāhi wa riḍwānaw wa yanṣurụnallāha wa rasụlah, ulā`ika humuṣ-ṣādiqụn 8. Juga bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka karena mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. 9. وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ wallażīna tabawwa`ud-dāra wal-īmāna ming qablihim yuḥibbụna man hājara ilaihim wa lā yajidụna fī ṣudụrihim ḥājatam mimmā ụtụ wa yu`ṡirụna alā anfusihim walau kāna bihim khaṣāṣah, wa may yụqa syuḥḥa nafsihī fa ulā`ika humul-mufliḥụn 9. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman Anshor sebelum kedatangan mereka Muhajirin, mereka Anshor mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka Muhajirin. Dan mereka Anshor tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka Muhajirin; dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung 10. وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ wallażīna jā`ụ mim ba’dihim yaqụlụna rabbanagfir lanā wa li`ikhwāninallażīna sabaqụnā bil-īmāni wa lā taj’al fī qulụbinā gillal lillażīna āmanụ rabbanā innaka ra`ụfur raḥīm 10. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka Muhajirin dan Anshor, mereka berdoa “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. 11. ۞ أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ نَافَقُوا۟ يَقُولُونَ لِإِخْوَٰنِهِمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِن قُوتِلْتُمْ لَنَنصُرَنَّكُمْ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَٰذِبُونَ a lam tara ilallażīna nāfaqụ yaqụlụna li`ikhwānihimullażīna kafarụ min ahlil-kitābi la`in ukhrijtum lanakhrujanna ma’akum wa lā nuṭī’u fīkum aḥadan abadaw wa ing qụtiltum lananṣurannakum, wallāhu yasy-hadu innahum lakāżibụn 11. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk menyusahkan kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu”. Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. 12. لَئِنْ أُخْرِجُوا۟ لَا يَخْرُجُونَ مَعَهُمْ وَلَئِن قُوتِلُوا۟ لَا يَنصُرُونَهُمْ وَلَئِن نَّصَرُوهُمْ لَيُوَلُّنَّ ٱلْأَدْبَٰرَ ثُمَّ لَا يُنصَرُونَ la`in ukhrijụ lā yakhrujụna ma’ahum, wa la`ing qụtilụ lā yanṣurụnahum, wa la`in naṣarụhum layuwallunnal-adbāra ṡumma lā yunṣarụn 12. Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan. 13. لَأَنتُمْ أَشَدُّ رَهْبَةً فِى صُدُورِهِم مِّنَ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُونَ la`antum asyaddu rahbatan fī ṣudụrihim minallāh, żālika bi`annahum qaumul lā yafqahụn 13. Sesungguhnya kamu dalam hati mereka lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti. 14. لَا يُقَٰتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِى قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِن وَرَآءِ جُدُرٍۭ ۚ بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ ۚ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ lā yuqātilụnakum jamī’an illā fī quram muḥaṣṣanatin au miw warā`i judur, ba`suhum bainahum syadīd, taḥsabuhum jamī’aw wa qulụbuhum syattā, żālika bi`annahum qaumul lā ya’qilụn 14. Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti. 15. كَمَثَلِ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ قَرِيبًا ۖ ذَاقُوا۟ وَبَالَ أَمْرِهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ kamaṡalillażīna ming qablihim qarīban żāqụ wa bāla amrihim, wa lahum ażābun alīm 15. Mereka adalah seperti orang-orang Yahudi yang belum lama sebelum mereka telah merasai akibat buruk dari perbuatan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih. 16. كَمَثَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ إِذْ قَالَ لِلْإِنسَٰنِ ٱكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّنكَ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ kamaṡalisy-syaiṭāni iż qāla lil-insānikfur, fa lammā kafara qāla innī barī`um mingka innī akhāfullāha rabbal-ālamīn 16. Bujukan orang-orang munafik itu adalah seperti bujukan shaitan ketika dia berkata kepada manusia “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam”. 17. فَكَانَ عَٰقِبَتَهُمَآ أَنَّهُمَا فِى ٱلنَّارِ خَٰلِدَيْنِ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَٰٓؤُا۟ ٱلظَّٰلِمِينَ fa kāna āqibatahumā annahumā fin-nāri khālidaini fīhā, wa żālika jazā`uẓ-ẓālimīn 17. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya masuk ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zalim. 18. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta’malụn 18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 19. وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ wa lā takụnụ kallażīna nasullāha fa ansāhum anfusahum, ulā`ika humul-fāsiqụn 19. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. 20. لَا يَسْتَوِىٓ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۚ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ lā yastawī aṣ-ḥābun-nāri wa aṣ-ḥābul-jannah, aṣ-ḥābul-jannati humul-fā`izụn 20. Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung. 21. لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ lau anzalnā hāżal-qur`āna alā jabalil lara`aitahụ khāsyi’am mutaṣaddi’am min khasy-yatillāh, wa tilkal-amṡālu naḍribuhā lin-nāsi la’allahum yatafakkarụn 21. Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. 22. هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ huwallāhullażī lā ilāha illā huw, ālimul-gaibi wasy-syahādah, huwar-raḥmānur-raḥīm 22. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 23. هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ huwallāhullażī lā ilāha illā huw, al-malikul-quddụsus-salāmul-mu`minul-muhaiminul-azīzul-jabbārul-mutakabbir, sub-ḥānallāhi ammā yusyrikụn 23. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 24. هُوَ ٱللَّهُ ٱلْخَٰلِقُ ٱلْبَارِئُ ٱلْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ huwallāhul-khāliqul-bāri`ul-muṣawwiru lahul-asmā`ul-ḥusnā, yusabbiḥu lahụ mā fis-samāwāti wal-arḍ, wa huwal-azīzul-ḥakīm 24. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Asbabun Nuzul dan Tafsir Surah Al-Hasyr Surat Al-Hasyr adalah surat madaniyyah dengan kesepakatan para ulama[1] dan surat ini berkisah tentang pengusiran Bani Nadhir dari kota Madinah dimana mereka terusir dari kota Madinah ke Khaibar. Adapun penamaan surat ini maka para ulama menjelaskan bahwa surat ini memiliki dua nama yaitu Surat Al-Hasyr dan Surat Bani Nadhir. Demikianlah Ibnu Abbas yang menamakan surat ini dengan nama yang kedua tersebut dimana beliau berkata قُلْ سُوْرَةُ النَّضِيْرِ “Katakanlah Surat Bani Nadhir” [2] “Al-Hasyr” sendiri maknanya adalah pengusiran dan surat ini dinamakan demikian karena memang menceritakan tentang pengusiran Yahudi Bani Nadhir. Keutamaan surat ini terdapat dalam beberapa hadits, di antaranya adalah riwayat Ibnu Abbas عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ “مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْحَشْرِ لَمْ يَبْقَ جَنَّةٌ وَلَا نَارٌ وَلَا عَرْشٌ وَلَا كُرْسِيٌّ وَلَا حِجَابٌ وَلَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرَضُوْنَ السَّبْعُ وَالْهَوَامُّ وَالرِّيْحُ وَالطَّيْرُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَالْجِبَالُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالْمَلَائِكَةُ إِلَّا صَلَّوْا عَلَيْهِ وَاسْتَغْفَرُوْا لَهُ فَإِنْ مَاتَ مِنْ يَوْمِهِ أَوْ لَيْلَتِهِ مَاتَ شَهِيْدًا” Dari Ibnu Abbas, ia berkata Nabi ﷺ bersabda “Barangsiapa yang membaca surat Al-Hasyr maka tidaklah tersisa satu makhluk pun, baik surga, neraka, arsy, kursiy, hijab, langit yang tujuh, bumi yang tujuh, serangga-serangga, angin, burung-burung, pepohonan, hewan-hewan, gunung-gunung, matahari, bulan dan para malaikat melainkan semuanya akan bershalawat kepadanya dan memintakan ampunan baginya dan jika ia meninggal pada hari itu atau pada malam itu niscaya akan dituliskan baginya sebagai mati syahid”[3] Namun hadits ini adalah hadits yang dha’if. Demikian pula ada hadits dha’if yang lainnya dari Anas bin Malik عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “مَنْ قَرَأَ آخِرَ سُوْرَةِ الْحَشْرِ ” لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ …” إِلَى آخِرِهَا- فَمَاتَ مِنْ لَيْلَتِهِ مَاتَ شَهِيْدًا” Dari Anas bin Malik, ia berkata Nabi ﷺ bersabda “ Barangsiapa yang membaca akhir dari surat Al-Hasyr dari ayat “Seandainya Kami turunkan Al-Quran ini kepada gunung…” hingga akhir surat lalu ia mati pada hari tersebut maka ia mati dalam keadaan syahid”[4], Demikian juga dalam hadits dho’if yang lain Nabi ﷺ juga bersabda “مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ وَقَرَأَ ثَلَاثَ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْحَشْرِ وَكَّلَ اللَّهُ بِهِ سَبْعِينَ الْفَ مَلَكٍ يُصَلُّونَ عَلَيْهِ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنْ مَاتَ فِي يَوْمِهِ مَاتَ شَهِيدًا وَمَنْ قَرَأَهَا حِينَ يُمْسِي فَكَذَلِكَ” “Barangsiapa yang mengucapkan ketika di pagi hari sebanyak tiga kali “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk lalu membaca tiga ayat terakhir Surat Al-Hasyr maka Allah akan mewakilkan untuknya tujuh puluh ribu malaikat yang bershalawat berdoa untuknya hingga sore hari dan jika ia meninggal pada hari itu maka meninggal dalam keadaan mati syahid, dan barangsiapa yang membaca ketika sore hari juga akan mendapatkan balasan demikian”[5] Oleh karena itu semua dalil yang berbicara tentang keutamaan membaca Surat Al-Hasyr semuanya adalah hadits yang dha’if. Akan tetapi secara umum surat ini tetap dikatakan mulia karena ia merupakan bagian dari ayat-ayat Al-Quran dan berlaku baginya keumuman hadits Nabi ﷺ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dan satu kebaikan dilipat-gandakan menjadi sepuluh kebaikan…”.[6] dapun sebab nuzul dari ayat ini adalah tentang kisah pengusiran Bani Nadhir, Nabi ﷺ ketika datang ke Madinah disana telah ada 3 suku besar dari kalangan Yahudi Yang pertama adalah Bani Qainuqa’, yang kedua adalah Bani Nadhir dan yang ketiga adalah Bani Quraizhah yang mereka merupakan Yahudi yang berbeda jalur keturunan, sebagaimana telah diketahui bahwa Yahudi memiliki dua belas “Asbath” yakni jalur keturunan dan di antaranya adalah Bani Qainuqa’, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah namun mereka semua sama-sama merupakan keturunan Yahudi. Barangkali ada yang bertanya-tanya mengapa mereka tidak bergabung saja? Maka jawabannya memang mereka tidak bergabung karena mereka berbeda suku namun tetap mereka sama-sama keturunan Yahudi. Tatkala Nabi ﷺ datang ke kota Madinah maka Nabi ﷺ membuat perjanjian dengan Yahudi yang dikenal sebagai “Watsiqatul-Madinah” atau disebut juga sebagai Piagam kota Madinah yang di dalam piagam tersebut terdapat kesepakatan antara penduduk kota Madinah yang isinya menyatakan kesepakatan mereka baik itu kaum muslimin, kaum musyrikin maupun kaum Yahudi untuk membela negeri tersebut. Jika ada yang menyerang dari luar maka mereka harus bersama-sama berinfak dan berjuang untuk melawan musuh tersebut dan mempertahankan kota tersebut. Hal ini disepakati oleh semuanya termasuk orang-orang Yahudi sehingga Nabi ﷺ hidup bersama orang-orang Yahudi dengan menghormati kondisi mereka, para orang Yahudi pun tetap menjalankan ibadah mereka sebagai orang Yahudi dan tidak diganggu oleh Nabi ﷺ dan beliau hanya mendakwahkan mereka agar mereka masuk Islam namun beliau tidak pernah melarang mereka untuk beribadah sesuai dengan ajaran agama mereka. Nabi ﷺ berinteraksi dengan mereka, berjual-beli dengan mereka. Bahkan disana terdapat pasar yang bernama Pasar Bani Qainuqa’, dan biasa terjadi jual-beli disana dengan kaum muslimin. Hiduplah orang-orang Yahudi disana berdampingan dengan kaum muslimin di kota Madinah, namun akhirnya mereka yakni orang-orang Yahudi tersebut berkhianat. Dan yang pertama kali berkhianat adalah Bani Qainuqa’, dimana mereka berkhianat dan membatalkan perjanjian damai dengan Nabi ﷺ sehingga mereka diusir dari kota Madinah oleh Rasulullah ﷺ sehingga merekalah yang pertama keluar dari kota Madinah. Pada tahun 2 Hijriyah terjadi perang Badar dan ketika itu kaum muslimin menang sehingga orang-orang Yahudi semakin percaya bahwa dia inilah Nabi yang kita tunggu-tunggu kehadirannya, buktinya adalah beliau berhasil memenangkan perang Badar karena alasan Yahudi tinggal di kota Madinah adalah karena mereka menunggu kedatangan Nabi yang terakhir, mereka sengaja tinggal di kota tersebut karena telah mengetahui hal ini, Allah berfirman tentang keadaan mereka يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ “Mereka orang-orang Yahudi mengenalinya Nabiﷺ sebagaimana mereka mengenali anak-anak mereka sendiri” QS Al-Baqarah 146. Maka orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan yang mendetail tentang Nabi ﷺ seperti pengetahuan terhadap anak sendiri saking mendetailnya pengetahuan mereka. Bahkan mereka telah mengetahui dimana Nabi tersebut akan berhijrah sehingga mereka memilih kota Madinah sambil menunggu kedatangan Nabi terakhir untuk berhijrah. Namun ketika Nabi ﷺ telah berhijrah kesana, mereka tidak beriman kepada Nabi ﷺ karena ternyata Muhammad bukan dari kalangan Bani Isra’il dan ternyata beliau berasal dari bangsa Arab sementara orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang fanatik dengan suku mereka, sedangkan keyakinan mereka adalah mereka saja suku yang diakui oleh Allah Ta’ala, adapun orang-orang selain mereka maka tidak ada yang diakui oleh Allah Ta’ala dan akan memasuki neraka Jahanam, seperti inilah keyakinan orang-orang Yahudi. Maka ketika keluar seorang Nabi terakhir tersebut mereka terpukul karena ternyata Nabi terakhir tersebut dari bangsa Arab. Setelah selesai perang Badar yang dimenangkan oleh Nabi ﷺ maka Yahudi semakin yakin bahwa ini adalah Nabi yang ditunggu-tunggu namun tetap saja mereka tidak mau beriman. Ketika terjadi perang Uhud pada tahun ke 3 Hijriyah dimana Nabi ﷺ dan kaum muslimin mengalami kekalahan bahkan sampai 72 orang Sahabat yang mati syahid di jalan Allah maka banyak orang-orang Yahudi yang mulai berani menggangu Nabi ﷺ, pikir mereka sebagaimana Muhammad bisa kalah dari suku Quraisy maka ada kemungkinan kita bisa mengalahkannya bahkan memang pernah terjadi di kalangan Nabi-Nabi Bani Isra’il terdahulu ada yang berhasil dibunuh, Allah sebutkan dalam Al-Quran di antara keburukan orang-orang Yahudi وَقَتْلِهِمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ “Dan mereka Yahudi membunuh para Nabi dengan tanpa hak” QS An-Nisa 155. Jikalau ada Nabi yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka maka mereka akan membunuh Nabi tersebut. أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang diantara mereka kamu dustakan dan beberapa orang yang lain kamu bunuh QS Al-Baqoroh 87 Begitu pula dengan Nabi Muhammad ﷺ, meksipun yahudi mengetahui bahwa beliau memang Nabi terakhir akan tetapi masih ada kemungkinan dia kalah dan ada kemungkinan ia mati meskipun Yahudi memang benar-benar telah mengetahui bahwa ia adalah Nabi. Demikianlah spekulasi orang-orang Yahudi, mereka berpikir bahwa beliau memang Nabi namun masih ada kemungkinan kalah buktinya adalah beliau kalah pada perang Uhud, dan mungkin saja mereka berhasil membunuhnya karena nyatanya di antara Nabi-nabi terdahulu ada juga Nabi-nabi yang berhasil dibunuh. Adapun perkara akhirat maka itu nanti urusan mereka dengan Allah, pokoknya mereka tidak mau beriman dengan Nabi ini. Orang-orang Yahudi memiliki keyakinan bahwa mereka pasti masuk surga walaupun tanpa beriman dengan Muhammad ﷺ dan hasad mereka sungguh luar biasa kepada kaum muslimin. Ummul mukminin Shofiyyah binti Huyay radhiallahu ánhaa yang ayah beliau Huyay bin Akthob adalah kepala suku bani Nadhiir pernah berkata وَسَمِعْتُ عَمِّي أَبَا يَاسِرٍ، وَهُوَ يَقُولُ لِأَبِي حُيَيِّ بْنِ أَخْطَبَ أَهُوَ هُوَ؟ قَالَ نَعَمْ وَاَللَّهِ، قَالَ أَتَعْرِفُهُ وَتُثْبِتُهُ؟ قَالَ نَعَمْ، قَالَ فَمَا فِي نَفْسِكَ مِنْهُ؟ قَالَ عَدَاوَتُهُ وَاَللَّهِ مَا بَقِيتُ “Dan aku mendengar Abu Yasir pamanku berkata kepada Huyay bin Akhthob, “Apakah Muhammad itu adalah nabi yang kita tunggu-tunggu?”. Ayahku berkata, “Iya, demi Allah”. Pamanku berkata, “Apakah engkau sudah mengenalnya dan sudah memastikannya?”. Ayahku berkata, “Iya”. Pamanku berkata, “Bagaimana sikapmu terhadapnya?”. Ayahku berkata, “Memusuhinya, demi Allah selama hidupku” [7] Maka orang-orang Yahudi mulai berani mengganggu Nabi ﷺ hingga terjadi suatu kejadian “Bi`ir Ma’unah” sumur Ma’unah tatkala ada 70 orang Sahabat yang dipanggil untuk mengajar Al-Quran ternyata yang memanggil tersebut berkhianat dan berujung para Sahabat yang dipanggil tersebut akhirnya dibunuh. Ketika itu ada 1 orang yang sempat lolos dari pembunuhan tersebut yaitu Amr bin Umayyah Adh-Dhamariy, beliau berhasil kabur dan kembali ke kota Madinah. Ketika di perjalanan ia bertemu dengan dua orang kafir dari Bani Amr atau Bani Amir dan kedua orang kafir ini telah memiliki perjanjian damai dengan Nabi ﷺ. Akhirnya sahabat tersebut bertemu dengan dua orang kafir ini, maka ketika kedua orang kafir ini tertidur ia membunuh keduanya karena ia menyangka bahwa kedua orang ini termasuk dari golongan orang-orang yang telah membunuh 70 Sahabat tadi. Lalu sahabat ini sampai di kota Madinah, ia pun melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi ﷺ bahwasanya dia telah membunuh dua orang kafir namun Nabi ﷺ kemudian menegur sahabat tersebut bahwasanya kedua orang tersebut telah memiliki perjanjian damai dengan beliau dan tidak boleh untuk dibunuh karena meskipun mereka kafir akan tetapi mereka dari golongan kafir “mu’aahad” yang tidak boleh dibunuh yakni orang kafir yang telah memiliki perjanjian damai dengan kaum muslimin, adapun kafir yang boleh dibunuh hanyalah kafir “harbiy”. Akhirnya Nabi ﷺ memutuskan untuk membayar diyat dua orang kafir yang terbunuh tersebut. Kabar wafatnya dua orang kafir tersebut sampai kepada suku mereka. Ketika Nabi ﷺ ingin membayarkan diyatnya sedangkan beliau dalam keadaan tidak memiliki harta, maka Nabi ﷺ ingin agar Bani Nadhir membantu membayarkan diyat dua orang yang terbunuh tadi. Hal ini karena keadaan Bani Nadhir yang memiliki banyak harta, bahkan mereka memiliki beberapa benteng dan mereka pun memiliki banyak kebun kurma. Lalu Nabi ﷺ pun menemui Bani Nadhir untuk meminta bantuan. Akan tetapi ketika Nabi ﷺ hendak datang kepada mereka untuk meminta bantuan dalam membayar diyat, orang-orang Yahudi tersebut ternyata sebalumnya telah rapat dan mereka bersepakat untuk membunuh Nabi ﷺ dengan cara menyiapkan satu orang untuk membawa “rahaa” yakni alat untuk menggiling gandum yang terbuat dari batu. Orang tersebut dipersiapkan di bagian atas rumah untuk melemparkan “rahaa” batu penggilingan ke arah Nabi ﷺ sehingga beliau mati. Lalu datanglah Nabi ﷺ namun rencana busuk pembunuhan tersebut digagalkan oleh Jibril, sehingga Nabi ﷺ pun tidak jadi meminta bantuan dari mereka bahkan beliau bersiap untuk menyerang mereka karena mereka telah membatalkan perjanjian dengan rencana pembunuhan tersebut. Lalu Nabi ﷺ datang menyerang mereka dengan membawa pasukan lengkap. Ketika Nabi ﷺ datang mereka ketakutan dan masuk ke dalam benteng-benteng mereka dan mereka ingin kembali berdamai dengan Nabi ﷺ, namun ternyata Nabi ﷺ memberikan mereka tempo selama sepuluh hari agar mereka keluar, jikalau mereka tidak keluar maka mereka akan diperangi. Ketika mereka telah bersikap untuk keluar dari kota Madinah, datanglah orang-orang munafik yang diketuai oleh Abdullah bin Ubay bin Salul menemui orang-orang Yahudi dan membujuk mereka agar tidak keluar dari kota Madinah dan mengatakan bahwa orang-orang munafik ini berjumlah sekitar dua ribu orang atau bahkan lebih. Orang-orang munafik berjanji akan membantu mereka dan mereka mengajak untuk melawan Nabi ﷺ dan pasukannnya. Kaum munafik berkata, “Jikalau kalian berperang niscaya kami akan perang bersama kalian dan kalaulah kalian terusir maka kami pun akan ikut terusir bersama kalian”. Demikian bujuk orang-orang munafik dan perkataan orang-orang munafik ini Allah abadikan di akhir Surat Al-Hasyr dimana mereka berkata manis di hadapan orang-orang Yahudi. Ketika orang-orang Yahudi mendengar janji yang diucapkan oleh orang-orang munafik maka orang-orang Yahudi pun bertahan di kota Madinah dan mereka bersikap untuk perang. Mulailah terjadi awal peperangan antara Yahudi melawan Nabi ﷺ dan Nabi ﷺ mulai menyerang mereka dengan membakar kebun-kebun kurma orang Yahudi dan mereka pun menjadi ketakutan. Akhirnya mereka menyerah dengan cara mengirimkan surat kepada Nabi ﷺ dan urunglah terjadi peperangan karena memang Allah lemparkan rasa takut di dalam diri mereka di awal peperangan sehingga Nabi ﷺ pun mengusir mereka. Karenanya surat yang menceritakan peristiwa ini disebut dengan al-Hasyr, karena “al-Hasyr” artinya adalah pengusiran. Intinya Yahudi bani Nadhiir pun akhirnya terusir dari kota Madinah, sebagian mereka mengungsi ke Syam dan sebagian lagi pergi ke Khaibar. Di antara yang pergi ke Khaibar adalah Huyay bin Akhthob yang merupakan ayah dari Shafiyyah sekaligus pemimpin dari bani Nadhiir. Karenanya Shofiyyah disebutkan dalam biografi beliau dengan Shafiyyah bintu Huyay An-Nadhiriyyah yang menunjukkan bahwa beliau dari kabilah Bani Nadhir. Ketika mereka keluar dari kota Madinah Nabi ﷺ mengizinkan mereka untuk membawa barang-barang mereka yang bisa dibawa satu ekor unta. Mereka diperbolehkan untuk membawa apa saja apakah berwujud emas atau perak atau benda-benda lainnya selain senjata. Dan tiap keluarga hanya diperbolehkan membawa bawaan pikulan satu ekor unta. Saat pengusiran tersebut mereka membawa apa yang bisa dibawa bahkan mereka membongkar rumah-rumah mereka agar bisa dibawa kayu-kayunya bersama mereka dan membuat rumah yang baru dan mereka pikulkan di atas unta-unta mereka dan mereka pun pergi meninggalkan kota Madinah. Inilah sebab nuzul dari Surat Al-Hasyr yang maknanya adalah “Pengusiran” karena berisi tentang pengusiran Bani Nadhir dari kota Madinah dan dinamakan juga sebagai Surat Bani Nadhir. [8] ______________ Footnote [1] Tafsir Al-Qurthubiy 18/ 1. [2] HR Al-Bukhari no 4029 dan Ats-Tsa’labiy dalam Tafsirnya 9/ 266 dan disebutkan oleh Imam Al-Qurthubiy dalam tafsirnya 18/ 1. [3] Atsar ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labiy dalam Tafsirnya 9/ 266 dan disebutkan oleh Imam Al-Qurthubiy dalam tafsirnya 18/ 1. [4] Atsar ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labiy dalam Tafsirnya 9/ 289 dan disebutkan oleh Imam Al-Qurthubiy dalam tafsirnya 18/ 49. [5] HR Ahmad dalam Musnadnya no 20306, Ad-Darimiy dalam Sunannya no 3468, At-Tirmidziy dalam Sunannya no 2922 dan beliau berkata, “Hadits ini gharib, kami tidak mengetahui kecuali dari jalan ini”, dan disebutkan oleh Ats-Tsa’labiy dalam Tafsirnya 9/ 289 . Sanadnya dha’if karena adanya rawi yang bernama Khalid bin Thahman, ia didha’ifkan oleh Imam Yahya bin Ma’in. [6] HR At-Tirmidziy dalam Sunannya no 2910 dan beliau berkata Hadits hasan shahih gharib dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaniy, beliau berkata dalam Silsilah Shahihah no 660 sanadnya jayyid . [7] Siroh Ibni Hisyaam 1/519 dari Muhammad bin Ishaaq dalam sirahnya, dan dari jalur Muhammad bin Ishaaq Abu Nuáim Dalail an-Nubuwwah no 37 dan Al-Baihaqi Dalaail an-Nubuwwah 2/533 meriwayatkan. Sanadnya dikatakan kuat oleh As-Shouyani dalam kitabnya As-Shahih min Ahaadiits As-Siirah an-Nabawiyah hal 170 karena ada syahidnya dari jalan Ibnu Syihab Az-Zuhri di Dalaail An-Nubuwwah, al-Baihaqi 2/532. [8] Lihat Tafsir Ath-Thabariy 23/ 259, Tafsir Ibnu Katsir 8/ 57-58 dan Tafsir Ibnu Asyur 28/ 66-68.
asbabun nuzul surah al hasyr